Friday 4 July 2014

Tayyip Recep Erdogan

kalutnya negara-negara di Timur tengah, ternyata menghadirkan sebuah sosok fantastis pembela Islam di pinggiran benua Eropa di negara sekuler Turki. yuuk kita telusuri lebih jauh sosok siapa sih yang mampu membuat malu PM israel di kancah PBB ini.

Media Time memilih Recep Tayyip Erdogan, sebagai tokoh paling populer tahun 2011. Jajak pendapat yang diselenggarakan media online Time, menempatkan Erdogan sebagai tokoh yang paling populer sepanjang tahun 2011 ini.




Erdogan dipuji sebagai tokoh yang membangun demokrasi di dunia Islam. Pemimpin Partai AKP itu dinilai berhasil meningkatkan Turki sebagai negara nomor dua, yang mengalami pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Erdogan, meskipun bukan orang Arab, ia pemimpin dunia yang paling dikagumi di kalangan orang Arab. Menurut jajak pendapat Universitas Maryland, Erdogan adalah tokoh yang sangat dikagumi dan digandrungi di kalangan rakyat Arab.

Kunjungannya sebagai misi diplomatik ke berbagai negara Arab, selalu mendapatkan dukungan luas dan dapat menghadirkan puluhan ribu orang, dan bahkan Erdogan mirip seperti bintang "rock" saat berkunjung ke Mesir, begitu besar antusiasme rakyat yang menyambutnya. Seakan-akan Erdogan pemimpin Mesir, yang baru lahir, dan membahagiakan begitu banyak rakyat Arab. Bahkan, populeritas Erdogan, mengalahkan bintang 'rock' manapun di muka bumi ini, ketenarannya.

Erdogan tampaknya memenangkan jajak pendapat, dan menjadi tokoh yang paling populer melalui media online. Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, adalah tokoh yang menjadi tokoh yang paling favorit versi Time, di tahun 2011 ini. Kesimpulan TIME itu berdasarkan jajak pendapat yang diselenggarakannya. Erdogan mendapat 122.928 suara, sebagai tokoh paling berpengaruh di muka bumi di tahun ini. Selain Erdogan, tokoh-tokoh yang menyainginya, di urutan tempat kedua Striker Barca Lionel Messi mendapat hanya 60% dari suara (74.412).

Menurut editor The Wall Street Journal, memperingatkan konsekuensi dari populeritas Erdogan sebagai "Man of The Year" versi TIME, menyatakan, "Saya harap anda bisa membayangkan apa konsekuensi kemenangan dalam jajak pendapat semacam ini akan menjadi keinginan bagi seseorang menjadi Sultan, dan dengan berpartisipasi dalam pemungutan suara ini, saya mengundang anda untuk tidak membiarkan lingkungan ini berkembang," ujarnya. Begitu takutnya kalangan media Barat.

Memang, Erdogan tidak merahasiakan kekecewaannya terhadap Israel setelah serangan armada Gaza pada tahun 2010." Mungkin satu-satunya pemimpin dunia hanyalah Erdogan yang berani mengecam dengan terang-terangan terhadap Zionis-Israel, dan bahkan membekukan hubungan bilateral Turki-Israel.

Sementera itu, Steve Jobs diurutan kelima sebagai tokoh terpopuler tahun ini, dan mendapatkan 30.047 suara. Senator Gabby di urutan kedelapan, di mana anggota kongres dari Arizona,yang pulih dengan menakjubkan setelah ditembak di kepala pada Januari, diurutan kesepuluh.

Memang Erdogan layak menjadi tokoh paling populer di tahun 2011 ini, karena langkah-langkah politiknya yang dramatis, dan mengubah peta politik dunia. Termasuk yang menjadi kecemasan Barat, sikapnya yang keras terhadap Israel, sesudah Israel menyerang kapal Mavi Marmara.

Satu-satunya pemimpin di dunia Islam yang berada di barisan paling depan membela kepentingan Muslimin adalah Erdogan. Tidak ada yang lain.

Ketika semua pemimpin dunia Islam hanya bisa menjadi "pecundang" dan "begundal" Amerika Serikat dan Israel, maka Erdogan berdiri dengan tegak, tanpa rasa rendah diri, berhadapan dengan Amerika Serikat dan Israel. Itu sangat "clear" jelas. Bukan lagi isapan jempol.

Erdogan bukan jenis pemimpin yang hanya bisa mengolah kata-kata, dan hanya sekadar mencari simpati, tetapi dia jenis pemimpin yang sangat berani mempertaruhkan segala yang dimilikinya untuk membela kaum Muslimin. Mungkin ini terlalu berlebihan.

Tapi, sekadar catatan, guna menyegarkan ingatan, dan sebagai gambaran posisi dan sikap Erdogan terhadap kaum Muslimin, seperti ditunjukkan dengan langkah kebijakan yang sangat jelas.

Diantaranya, ketika Presiden Amerika George W.Bush akan melakukan invasi militer ke Irak, di tahun 2003, dan pasukan Amerika Serikat dan Nato, yang ingin menggunakan wilayah dan pangkalan udara Turki, maka Erdogan sebagai Ketua Partai AKP, menggelar pertemuan dengan parlemen, mensikapi langkah invasi militer Amerika Serikat dan Nato ke Irak. Parlemen Turki yang didominasi Partai AKP, mayoritas menolak pengunaan wilayah dan pangkalan udara Turki untuk menyerang Irak.

Erdogan dengan sangat tegas menolak permintaan Presiden George Bush yang ingin melakukan invasi militer ke Irak secara unilateral (sepihak). Karena tindakan Presiden Bush dinilai akan membahayakan keamanan dunia. Invasi milter Amerika Serikat dan Nato terhadap Irak membawa konsekwensi ketidakstabilan kawasan, yang mempunyai dampak sangat luas, khususnya negara-negara di kawasan Teluk. Sampai sekarang.

Turki mengutuk keras langkah agresi militer Israel ke Gaza, yang sangat menghancurkan, Desember, 2008. Sekalipun Turki merupakan sekuktu Israel. Ketika, Perdana Menteri Turki Erdogan menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, dan bertemu dengan Presiden Israel, Shimon Peres dalam satu forum, tidak canggung, dan dengan nada yang tinggi mengkritik pemimpin Israel itu, sebagai pelaku kejahatan, dan tidak pernah mau mendengarkan. Sesudah itu Erdogan kembali ke negaranya, tanpa melanjutkan pertemuan itu.

Erdogan melalui lembaga NGO seperti IHH, membolisasi bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina di Gaza, usai agresi militer Israel. Melakukan rekonstruksi kembali Gaza yang hancur dan porak-poranda.Kebijakan Turki membantu bidang ekonomi, sosial, dan kesehatan. Turki membangun rumah sakit di Gaza. Turki membantu finansiil bagi pemerintahan Hamas yang diboikot oleh Israel, dan nyaris ambruk.

Tetapi, yang sangat esensial bagi rakyat Palestina, terutama bagi mereka yang ada di Gaza, Erdogan mempunyai komitmen yang kuat, membebaskan rakyat Palestina dari blokade Israel. Membebaskan belenggu Israel. Karena blokade dan belenggu itu, tidak sesuai dengan martabat kemanusiaan dan melanggar hak-hak dasar manusia.

Erdogan berbicara dengan Presiden Barack Obama, agar bertindak adil, dan ikut menghentikan blokade Israel terhadap Gaza, ketika Obama melakukan kunjungan ke Istambul, di awal masa kepresidenannya. Erdogan meminta kepada Obama mengakui hak-hak berdaulat rakyat Palestina.

Ketika, Israel menyerang kapal Mavi Marmara, di perairan bebas, dan menyebabkan 8 orang warga negara Turki tewas, pemerintah Turki mengutuk tindakan Israel. Ujungnya hubungan bilateral antara Turki-Israel menjadi putus. Hubungan antara Turki-Israel, sekarang ini sudah mencapai "zero" di semua tingkatan.

Begitu lembaga multilateral (PBB) mengumumkan hasil penyelidikan terhadap insiden kapal Mavi Marmara,yang terjadi Mei 2010, kemudian nampak PBB memihak Israel, maka langkah Perdana Menteri Turki Erdogan, mengusir Duta Besar Israel dari Ankara, dan memulangkan duta besar Turki dari Tel Aviv. Bahkan Turki menurunkan tingkat hubungan diplomatiknya, yang hanya setingkat sekretaris dua, dan yang mewakili kepentingan pemerintah Israel di Turki.

Turki memutuskan segala bentuk hubungan kerjasama bilateral dengan Israel. Di bidang finansiil, ekonomi dan perdagangan, kebudayaan, dan pertahanan. Turki mengakhiri kerjasama dibidang industri pertahanan dengan Israel. Turki menolak latihan militer bersama dengan Nato, karena keikut sertaan Israel dalam latihan itu.

Sekarang Erdogan berada di Cairo, Mesir, di elu-elukan sebagai pahlwan dunia Arab. Tetapi, sejatinya Erdogan bukan hanya pahlawan dunia Arab, tetapi Erdogan sebagai pembela kaum Muslimin di dunia Islam.

Erdogan yang sekarang berada di Cairo, dan saat berada di markas Liga Arab, di Cairo, menegaskan dukungan terhadap berdirinya negara Palestina. "Sudah saatnya saudara-saudaraku bangsa Palestina memproklamirkan negara Palestina", ujarnya di depan sidang para Menlu Liga Arab.

"Sekarang sudah saatnya mengibarkan bendera Palestina di Gaza, dan bendera Palestina akan berkibar di PBB", tambah Erdogan, yang mendapat tepukan tangan panjang dari para Menlu Liga Arab. "Mari kita kibarkan bendera Palestina di udara bebas, sebagai bentuk simbol keadilan dan perdamaian di Timur Tengah", tandasnya.

Dengan pernyataan yang penuh emosional itu, akhirnya mengakhiri Turki dari isolasi dunia Arab. Selama berbicara di depan para Menlu Liga Arab, Erdogan selalu menggunakan kata yang sangat penuh familiar "brothers". Inilah sebuah era baru, hubungan Turki dengan dunia Arab.

Dibagian lain, Turki yang berbatasan dengan Syria, langsung menampung puluhan ribu pengungsi, yang menjadi korban kekejaman rezim Bashar al-Assad. Perdana Menteri Turki, Erdogan juga mengirimkan Menteri Luar Negeri, Ahmed Davotuglu ke Damaskus, dan meminta rezim Assad mengakhiri kekerasan, dan segera membentuk pemerintahan transisi. Turki mengancam Bashar Al-Assad, jika tidak menghentikan kekejamannya, maka ia akan bernasib seperti Gaddafi.

Saat situasi masih penuh dengan ketidak pastian di Libya, Erdogan mempunyai sikap yang jelas, yaitu mendukung kekuatan oposisi, dan membuka dialog langsung dengan Ketua Dewan Transisi Nasional (TNC), Mustafa Jalil, dan mengakui sebagai wakil yang sah pemerintah Libya yang baru.

Tentu, yang tidak kalah penting, sikap dan pandangan Erdogan yang penuh dengan perhatian terhadap kaum Muslimin, yaitu ketika terjadi krisis kemanusiaan di Somalia. Erdogan bersama dengan keluarganya (isteri dan anaknya) dengan sejumlah menteri dan para pemimpin Partai AKP, terbang ke Somalia, dan mengunjungi kamp pengungsi yang sedang menghadapi sekarat.

Turki membuka kembali kedutaannya di ibukota Somalia, Mogadishu, membangun rumah sakit, dan membolisir para pengusaha dan orang kaya Turki membantu Somalia, dan terkumpul dana $ 500 juta dollar. Ini adalah wujud keseriusan Turki dan Erdogan dalam urusan kaum Muslimin.

Turki sebagai anggota Nato ikut menyelamatkan Bosnia dan Kosovo, yang diamuk oleh Serbia, yang penuh dengan kekejaman. Sekarang kawasan Balkan relatif stabil dan kaum Muslimin di kawasan Balkan itu, bisa memulai hidup baru, dan mengembangkan kehidupan mereka.

Dengan jumlah penduduknya yang mencapai hampir 80 juta, yang mayoritas Muslim Sunni, Turki yang dipimpin oleh Erdogan, mempunyai posisi yang sangat strategis di masa depan bagi dunia Islam, dan terus memberikan akan insparasi. Saat di mana-mana kaum Muslimin menghadapi hegemoni Amerika Serikat dan Israel, yang menjadi ancaman nyata bagi masa depan mereka, Turki membuat kaum Muslimin mempunyai hargai diri.

Sekarang Erdogan sedang melakukan 'tour revolusi" ke seluruh dunia Arab, dan ingin membangun poros baru, yang lebih bermakna bagi perubahan, yang tidak lagi menjadi bergantung kepada para penjajah Barat dan Israel. Erdogan layak menjadi pemimpin dunia Islam dan menyatukannya. Wallahu'alam.

Turki adalah ‘bapak’ sekulerisme. Jendral Kemal At-Taturk, yang menghancurkan Khilafah Turki Otsmani, mengubah sistem pemerintahan kekhilafahan Islam, menjadi bentuk sistem republik yang sekuler. Semua bentuk nilai-nilai agama dihancurkan dari ideologi dan struktur negara. Hukum Islam diganti dengan hukum Eropa. Bahasa Arab diganti dengan bahasa Turki.

Adzan pun harus menggunakan bahasa Turki. Simbol-simbol Islam dilarang. Tidak boleh digunakan. Agama tidak boleh lagi mendasari kehidupan. Al-Qur’an dan as-Sunnah dilarang diajarkan. Para ulama diasingkan keluar Turki. Sampai sekarang Turki konstitusinya tetap berdasarkan nilai sekulerisme.

Turki penduduknya 99 persen muslim sunni. Perjalanan panjang bangsa Turki sepertinya tak pernah melupakan keyakinan yang pernah dimilikinya, Islam. Betapapun bangsa Turki pernah menghadapi hantaman yang sangat keras dari sistem pagan, yaitu sekulerisme. Perlahan-lahan agama kembali hidup, di hati bangsa Turki. Rentang waktu sejak jatuhnya Khilafah Otsmaniyah di tahun 1924, dan bangkitnya kembali prinsip-prinsip Islam, memang memerlukan waktu. Tapi, tidak sampai memerlukan 100 tahun. Islam mulai menampakkan sinarnya, di negara yang terbelah oleh selat Borporus.

Sepertinya, kebanggaan pada masa lalunya, yang penuh dengan kejayaan Islam, menjadi modal bangsa Turki, bangkit kembali, dan menyinarkan kebangkitan Islam. Bangsa Turki mewarisi masa lalu, sebagai bangsa besar, dan pernah memimpin dunia, ketika negeri itu dibawah kekuasaan Khilafah Islam. Dan, berlangsung berabad-abad. Maka, kepemimpin Turki di pentas global, khususnya bagi dunia Islam, mulai terasa.

Sekarang, pertemuan, konferensi, seminar internasional, dari pergerakan Islam, dan lembaga-lembaga dunia, yang memiliki relasi dengan Islam, berlangsung. Konferensi yang berkaitan dengan dunia Islam, seperti masalah Palestina, Afghanistan, Iraq, Kurdi, Somalia, Sudan Selatan, pernah di gelar di Istambul, yang dulunya merupakan pusat Kekaisaran Byzantium. Turki menjadi tempat ajang membicarakan semuanya persoalan umat Islam.

Turki mempunyai perhatian yang besar terhadap persoalan umat Islam. Sentakan yang sangat mengejutkan masyarakat dunia, dan dunia Islam, ketika berlangsung Konferensi Internasional, yang membahas ekonomi global, di Davos (Swiss), di mana Perdana Turki Recep Tayyib Erdogan berhadapan dengan Presiden Israel Simon Perez,dan mengkritik Simon Perez, serta mengatakan, ‘Anda tidak pernah mau mendengarkan’, tegas Erdogan. Kemudian, dia meninggalkan konferensi itu, serta kembali ke Istanbul. Erdogan dielukan-elukan rakyatnya seperti pahlawah.

Bangkitnya kembali Islam di Turki, tak terlepas dari peran dua tokoh kunci, yaitu Perdana Turki, Recep Tayyib Erdogan, dan Presiden Abdullah Gul. Keduanya secara perlahan-lahan mengangkat kembali Islam, di ranah kehidupan. Pembelaannya jelas. Kedua tokoh itu mampu berdialog dengan semuanya tokoh dunia. Tidak dalam posisi yang ‘rendah’, dan juga merasa ‘inferior’. Keduanya bisa berbicara dengan Obama, David Brown, Engela Merkel, Sarkozy,dan Manuel Baroso, secara terhormat dan didengarkan.

Negara muslim yang pertama kali dikunjungi Barack Obama adalah Turki. Bukan Indonesia. Ini hanyalah menggambarkan posisi Turki, yang penting di mata AS. Turki menjadi anggota Nato, tapi Turki juga bisa menolak, ketika AS ingin menjadikan pangkalan militer Turki untuk menyerang Irak, di zamannya Presiden George Walker Bush. Negara yang jumlah penduduknya 77 juta jiwa ini, sekarang peranannya sangat besar dalam percaturan politik global.

Melalui, Partai AKP yang dalam pemilu 2007, memenangkan suara 46.7 persen, dan mendapatkan 440 kursi di parlemen, Partai AKP, berhasil mengubah Turki menjadi ‘the center power’, yang menghadapi dinamika dan perubahan global, serta Turki akan menjadi anggota Uni Eropa. Kebangkitan Islam di Turki, berpengaruh sampai ke Balkan, dan Asia Tengah, yang selama ini berada dibawah pengaruh Soviet.

Arus Islam terus mulai merambah perlahan-lahan dalam kehidupan. Turki yang sampai sekarang masih menganut sistem sekuler. Akhirnya, tak dapat menolak nilai-nilai dan simbol Islam. Istana Dolmabache yang menjadi simbol kekuasaan di Turki itu, sekarang dihuni oleh ibu negara, Hayrunnisa Gul, yang menggunakan jilbab. Jilbab telah masuk istana Dolmabache. Jilbab yang diharamkan dalam sistem sekuler, kenyataannya sekarang telah ada di istana. Hayrunnisa yang menikah dengan Abdullah Gul, tahun l980 itu, sehari-hari dalam acara resmi, tidak pernah meninggalkan jilbab. Adakah ini sebuah perubahan besar?

Bagaimanapun ini sebuah perubahan. Istri seorang presiden yang masih menganut sistem konstitusinya sekuler, sehari-hari menggunakan jilbab. Sebuah simbol Islam telah berada di istana, yang konstitusinya melarangnya.

Tentu, tak kalah penting lagi, Perdana Menteri Erdogan, yang merupakan tokoh utama dalam perubahan di Turki, istrinya yaitu, Emine Erdogan, juga menggunakan jilbab. Emine yang nenek moyang masih keturunan Arab ini, sekarang menjadi simbol muslimah Turki, selain Hayrunnisa Abdullah Gul, yang menempati istana Dolmabache. Wanita-wanita muslimah di Turki sekarang ini, mereka mengikuti Hayrunnisa dan Emine, yang keduanya menjadi simbol bagi kebangkitan Islam di Turki.

Erdogan yang pernah menjadi Walikota Istanbul, sejak tahun l994-l998 itu, berhasil menciptakan perubahan besar bagi kehidupan rakyat di Istambul. Masjid-masjid kembali semarak dan digunakan tempat shalat.

Perjuangan muslimah di Turki, sangat luar biasa, mengembalikan ajaran Islam, yaitu menutup aurat (al-Qur’an : An-Nur : 31). Dan, Pemerintahan Erdogan berusaha keras, melalui perubahan undang-undang Turki yang sekuler itu, diubah, yang memungkinkan dibebaskan seluruh kampus dan lembaga pemerintahan, agar wanita muslimah dapat mengenakan jilbab.

Tapi, ini sebuah isu yang sangat sensitip,karena selalu mendorong militer dan partai sekuler di Turki, menolak, dan bahkan belakangan ini muncul konspirasi untuk menjatuhkan Pemerintahan Erdogan, karena dituduh melakukan Islamisasi, yang akan menghancurkan sistem sekuler, yang dibangun oleh Kemal At-Turk.

Coba, bandingkan dengan Indonesia, yang berpenduduk 230 juta jiwa, 90 persen muslim, tapi jilbab belum pernah masuk dan menjadi penghuni istana. Dari zamannya Soekarno sampai SBY. Padahal, Turki secara ekplisit konstitusinya adalah sekuler. Tapi, ibu negara dan istri perdana menteri, keduanya menggunakan jilbab. Di Indonesia yang bisa masuk istana baru ‘konde’ dan ‘sanggul’. Jilbab entah kapan masuk istana dan menjadi simbol Islam politik? Wallahu ‘alam.

Sumber: http://yan-latifah.blogspot.com/2012/01/siapa-sih-erdogan.html

 NB : Jika anda merasa artikel blog ini membantu, mohon klik iklan adsense demi kemajuan blog ini